Selasa, 11 Agustus 2009

Kajian Mingguan Majelis Rasulullah SAW

Mari kita ramaikan.. Kita ikuti.. Kita Hadiri Pangajian mingguan terbesar.. terdahsyat.. spektakuler.. luar biasa.. yang diselenggarakan oleh Majelis Rasulullah SAW di Mesjid Al-Munawar Pasar Minggu Pancoran Jakarta Selatan bersama Habib Munzir Al-Musawa setiap hari Senin Pukul 21.00 s.d selesai WIB.

Pengajian tersebut juga dapat anda dengarkan secara langsung pada Pukul 21.00 WIB s/d selesai di:

> Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM 102.0 Mhz (Jabodetabek)
> Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM 88.0 Mhz (Sukabumi)
> Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM 96.6 Mhz (Sumedang)
> Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM 91.0 Mhz (Purwakarta)
> Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM 101.6 Mhz (Kuningan)

*bagi jamaah yang mengikuti konvoi dihimbau untuk gunakan helm dan patuhi rambu lalu lintas

*contact person Majelis Rasulullah SAW: 021.7986709 atau 08176613400 atau klik: www.majelisrasulullah.org

Penghargaan

Selamat kepada Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM 102.0 (Jabodetabek) menjadi Radio Terfavorit pilihan pendengar Tahun 2006 - 2009 dengan kategori:

* THE BEST KAJIAN ISLAMI
* THE BEST ISLAMI MUSIC
* THE BEST AUDIO QUALITY
* ALWAYS CELEBRATE MAULID EVERY MONTH
* DAYA JANGKAU TERLUAS - meliputi:

> Timur: Bekasi, Karawang _ Jawa barat
> Selatan: Sukabumi, Cianjur, Pelabuhan Ratu _ Jawa Barat
> Utara: Kepulauan Seribu _ Jakarta utara
> Pusat: Bogor Raya, Daerah Khusus Ibukota _ DKI Jakarta
> Barat: Tangerang, Pandeglang, Labuan-Merak-Banten, Lampung Utara _ Pulau Sumatera

=================================================================

Hadiri & Ramaikan Pengajian Bulanan Majelis Taklim Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - 102.0 WADI FM (Jabodetabek) yang diadakan pada Hari Minggu jam 09.00 s/d selesai di Pekan yang ke-2 setiap bulannya. Bertempat di Studio Radio 102.0 WADI FM: Jl. Veteran III Loji Tapos Ciawi Bogor - Jawa Barat.

Untuk Bulan November 2009 diadakan pada tanggal 8 akan diselenggarakan di Mesjid Raya Amaliah (lokasi: Perempatan Ciawi Bogor - Jawa Barat), bersama Habib Abdurrahman Bin Ahmad Assegaff

Untuk informasi lebih jelas, dengarkan selalu Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - 102.0 WADI FM (Jabodetabek). Acara ini insya allah juga akan disiarkan secara langsung melalui Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - 102.0 WADI FM (Jabodetabek) pada Hari Minggu jam 09.00 s/d selesai di Pekan yang ke-2 setiap bulannya.

Don't miss it..!!

====================================================================

Mau Mudik Liburan? Jgn lupa siapin yang mau dibawa, cek lagi barang bawaan juga kondisi kendaraan. Yang penting berdoa yaa..

Kesejukan hati akan mengiringi kita selama mudik liburan lhoo, So.. Pastiin selalu ngedengerin:

> Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM 102.0 Mhz (Jabodetabek)
> Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM 88.0 Mhz (Sukabumi)
> Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM 96.6 Mhz (Sumedang)
> Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM 91.0 Mhz (Purwakarta)
> Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM 101.6 Mhz (Kuningan)

Jadi.. Kemanapun tujuan mudiknya, tetap connect ya bareng Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam - WADI FM, "Radio Keluarga Muslim Wadah Dakwah Islam yang Insya Allah selalu menebar kesejukan di hati Insan Allah Wadi FM"

Asing Minta Lindungi Ahmadiyah

Pemerintah mengaku tak mau didikte negara lain.


JAKARTA -- Campur tangan negara asing dalam eksistensi jemaat Ahmadiyah di Indonesia, akhitnya terkuak. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Departemen Agama (Depag), Prof Nasarudin Umar, menyebut empat negara yang meminta agar Ahmadiyah tidak dibubarkan.

''Memang ada empat negara yang mengimbau agar Ahmadiyah tak dibubarkan. Yaitu dari Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan satu lagi saya lupa. Suratnya ditujukan ke Menteri Agama dan ada tembusannya ke saya,'' tandas Nasarudin, di Jakarta, Senin (25/2).

Namun, menurut Nasarudin, surat tersebut tidak akan mempengaruhi apa-apa terhadap upaya penyelesaian Ahmadiyah yang kini tengah berjalan. ''Kita tak mau didikte negara lain. Kita tetap upayakan penyelesaian soal Ahmadiyah sesuai yang sudah berjalan,'' tegasnya.

Dijelaskannya, saat ini pemerintah tengah memberi kesempatan pada Ahmadiyah untuk membuktikan apakah mereka menjalankan ke-12 poin pernyataan Ahmadiyah untuk menunjukkan keseusiannya dengan akidah Islam. ''Kita tengah memantau kegiatan mereka. Kalau ternyata dalam waktu tiga bulan tidak menjalankan atau melaksanakan komitmen, pemerintah akan melakukan tindakan lain,'' ujar Nasarudin.

Hasil sementara dari pantauan aktivitas Ahmadiyah, dianilai mengarah pada mentaati 12 poin tersebut. ''Arahnya semakin bagus dan kita juga senang jika kemudian saudara-saudara kita ini mentaatinya,'' tutur Nasarudin.

Mainan Barat
Dimintai tanggapannya, Direktur Pusat Kajian dan Advokasi An Nashr Institute, Munarman, menegaskan bahwa surat-surat dari negara asing otomatis membuktikan siapa sebenarnya Ahmadiyah. ''Sekarang kan sudah jelas dan makin nyata. Dengan surat-surat itu membuktikan bahwa Ahmadiyah adalah 'mainan' kaum imperialis Barat, 'mainan' orang-orang kafir,'' tegas mantan ketua Yayasan Lembaga Badantuan Hukum Indnesia (YLBHI) itu.

Ditambahkan Munarman, saat ini tinggal bagaimana pemerintah menyikapinya. ''Apakah pemerintah tunduk pada orang-orang kafir atau tunduk dengan hukum Islam,'' tutur Munarman yang juga kuasa hukum Forum Umat Islam (FUI) yang menentang Ahmadiyah.

Munarman mengingatkan bunyi Alquran surat Al Maidah ayat 48-50 dan Al Baqarah ayat 120. ''Inti dari kedua surat itu, 'Jika kamu sudah mengetahui bahwa itu adalah tindakan dari orang-orang kafir, namun kamu masih mengikutinya juga, maka kamu tidak akan dapat pertolongan dari Allah SWT'. Nah, pemerintah menginginkan pertolongan dari Allah SWT atau orang-orang kafir?'' tanyanya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amidhan, menegaskan, fatwa sesat untuk Ahmadiyah tidak akan goyah. apalagi umat Islam dunia, bukan cuma di Indonesia, menolak penodaan akidah oleh Ahmadiya.

''OKI (Organisasi Konferensi Islam) dan Rabithah Al Islami juga sama sikapnya dengan fatwa yang telah dikeluarkan oleh MUI bagi Ahmadiyah,'' tandasnya.

Senin, 10 Agustus 2009

Terorisme dalam kaca mata Islam

Sekarang, istilah “Terorisme” diartikan sebagai “Tindakan meneror, merusak, dan menghancurkan segala hal yang berhubungan dengan kepentingan AS”. Sebab itu “Dunia” menyatakan jika HAMAS adalah teroris, Muslim Moro adalah teroris, dan sebagainya. Sedang Zionis-Israel yang jelas-jelas Dajjal itu tidak disebut teroris. Kaum NeoLib yang jelas-jelas sejak tahun 1967 menjual murah bangsa ini kepada imperialisme asing Yahudi Internasional, juga tidak dikatakan sebagai teroris, padahal dampaknya sangat dahsyat ribuan kali ketimbang semua pemboman yang pernah terjadi di Indonesia. Istilah Terorisme memang dijadikan AS sebagai istilah pengganti untuk “Common-Enemy” setelah istilah “Cold War” atau “The Red Devil” tidak laku lagi.

Nah, jika benar pelaku dua pemboman kemarin itu Noordin M Top, maka perbuatan itu jelas tidak benar dalam kacamata syariah Islam, walau dalil yang dipakai ayat-ayat Qur’an. Hal ini biasa terjadi. Bukankah dukun dan paranormal saja melakukan kemusyrikan juga menggunakan ayat-ayat dari kitab yang sama? Dan bahkan banyak politisi yang juga jualan ayat Qur’an namun niatnya bukan untuk dakwah, sekadar untuk meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga dan kelompoknya. Juga banyak ayat-ayat Qur’an digunakan untuk menipu umat. Kemarin kita semua bisa melihat bagaimana ayat-ayat Qur’an digunakan untuk mendukung pemimpin yang tidak mau membubarkan ajaran sesat Ahmadiyah, yang berarti dia tidak mau mematuhi perintah Allah Swt. Padahal Rasulullah SAW jelas-jelas mewajibkan umat-Nya untuk memerangi nabi-nabi palsu seperti si ghulam ahmad itu samai ke akar-akarnya. Semuanya ini jelas sesat.

Peperangan dalam Islam bersifat membebaskan, yakni pembebasan manusia dari penghambaan kepada selain Allah SWT. Perang dalam Islam sangat bersifat adil, tidak sembarangan, tidak boleh membunuh non-kombatan, tidak boleh merusak pepohonan, tidak boleh berlebihan, dan sebagainya. Jadi, perang ekonomi ya hadapilah dengan perlawanan ekonomi juga (boikot produk pro-Zionis misalkan seperti yang difatwakan Dr. Yusuf Qaradhawy), perang pemikiran ya hadapilah dengan perlawanan di bidang pemikiran juga, dan perang dengan meriam dan tank ya baru dihadapi dengan senjata yang seimbang.

Apa yang dilakukan teroris dengan meledakkan bom dua kali di Bali dan tiga kali di Kuningan, jelas suatu tindakan yang tidak bisa dibenarkan dalam syarat-syarat peperangan dalam Islam. Benar jika Bali dipenuhi oleh turis dari Barat, benar jika JW Marriot dan Ritz Carlton milik Amerika, tapi apakah mereka memerangi umat Islam dengan bom dan peluru? Di Indonesia jelas tidak. Kalau pun mereka memerangi umat Islam, paling-paling dengan perang ekonomi dan pemikiran, maka harusnya dihadapi juga dengan perlawanan di bidang ekonomi dan pemikiran, bukan dengan bom. Itu baru adil.

Sayangnya, kebanyakan umat Islam sekarang ini banyak yang menjadi umat yang reaktif, bukan umat yang aktif. Kita sangat tertinggal hampir dalam semua sektor dibandingkan dengan umat yang lain. Dulu pernah ada gerakan dakwah yang militan dan lurus, menyampaikan al-haq dan melawan al-bathil dengan penuh izzah walau kepada penguasa sekali pun, sayang sekarang semuanya sudah sirna terbakar gemerlap kursi kekuasaan, sehingga yang haq bisa jadi bathil dan juga sebaliknya. Yang model begini pun dengan menggunakan ayat-ayat Qur’an, sama seperti yang dilakukan dukun.

Kita sebagai umat Islam dalam memandang aksi-aksi terorisme yang kemarin terjadi di Kuningan memang harus bersikap prihatin. Namun jangan salah, teroris yang membom dua hotel di Kuningan kemarin itu “cuma” menewaskan sembilan orang. Ada teroris yang jauh lebih besar, lebih berbahaya, lebih ganas, lebih rakus, yakni teroris yang dilakukan dengan diam-diam, dengan penuh senyum, yang dilakukan para Neolib sejak empatpuluh tahun lalu di negeri ini.

Teroris yang beraksi di Kuningan kemarin adalah teroris kelas kacangan, sedangkan teroris yang menjajah negeri ini sejak empatpuluhan tahun lalu adalah teroris yang sesungguhnya, yan telah berhasil menipu jutaan orang. Korban yang jatuh akibat perbuatan mereka ini jumlahnya ratusan juta orang, dan berjalan dari generasi ke generasi. Yang belakangan inilah yang seharusnya lebih harus diwaspadai dan dilawan. Tapi itu, ya lawannya dengan adil dan bermartabat, sesuai dengan kaidah perang dalam Islam.

Sabtu, 11 Juli 2009

Keajaiban Gaza : "Pasukan Putih"

Keajaiban Gaza : "Pasukan Putih"
Thursday, 12 February 2009 12:02

Agresi brutal militer Israel ke Jalur Gaza masih menyisakan kisah-kisah menakjubkan. Sebagian orang menilai, itulah ayaturrahman (tanda-tanda kebesaran Allah) di bumi Jihad, Jalur Gaza. Para mujahidin menceritakan bagaimana munculnya "pasukan lain" berseragam putih saat perang Al-Furqan berlangsung. Siapa mereka?

Situs berbahasa Arab, islammessage.com, menulis, bahwa seorang mujahidin Al-Qassam menyebutkan bahwa ada sebuah rumah milik keluarga Dardunah, yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais tepatnya di jalan Al Qaram.

Pasukan Israel mendatangi rumah ini, seluruh anggota keluarga diperintahkan untuk duduk di sebuah ruangan, salah satu anak laki-laki diinterogasi, mengenai ciri-ciri para pejuang Al-Qassam.

Laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang Al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam.Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga pingsan, dan itu terjadi berturut-turut selama tiga hari. Setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang Al-Qassam memakai seragam hitam.

Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”

Seorang warga Palestina, dalam multaqalqasami.com, juga memiliki kisah lain, mengenai "pasukan putih" ini.

Ia mengaku, awalnya, ada seorang sopir ambulan yang dihentikan oleh pasukan Israel dan ditanya, apakah dia dari kelompok Hamas atau dari Fatah? Dan sopir malang itu menjawab. “Saya bukan kelompok mana-mana, saya cuma sopir ambulan”, jawabnya.

Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya. “Pasukan yang berpakaian putih-putih di belakangmu tadi, masuk kelompok mana?”. Si sopir pun kebingungan, karena ia merasa tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu”, adalah satu-satunya jawaban yang dimiliki si sopir.

Jadi, siapa pasukan berseragam putih-putih yang senantiasa “menghantui” pasukan Zionis-Israel itu? (hidayatullah)

Lembaran Hitam di Balik Penampilan Keren Kaum Wahabi

Lembaran Hitam di Balik Penampilan Keren Kaum Wahabi
Dipublikasi pada Thursday, 21 February 2008

Oleh: Idrus Ramli*

Ke mana-mana selalu menyebarkan salam. Selalu memakai baju bercorak gamis dan celana putih panjang ke bawah lutut, ciri-khas orang Arab. Jenggotnya dibiarkannya lebat dan terkesan menyeramkan. Slogannya pemberlakuan syariat Islam. Perjuangannya memberantas syirik, bid’ah, dan khurafat. Referensinya, al-Kitab dan Sunah yang sahih. Semuanya serba keren, valid, islami. Begitulah kira-kira penampilan kaum Wahabi. Sepintas dan secara lahiriah meyakinkan, mengagumkan.


Tapi jangan tertipu dulu dengan setiap penampilan keren. Kata pepatah jalanan, tidak sedikit di antara mereka yang memakai baju TNI, ternyata penipu, bukan tentara. Pada masa Rasulullah r, di antara tipologi kaum Khawarij yang benih-benihnya mulai muncul pada masa beliau, adalah ketekunan mereka dalam melakukan ibadah melebihi ibadah kebanyakan orang, sehingga beliau perlu memperingatkan para Sahabat t dengan bersabda, “Kalian akan merasa kecil, apabila membandingkan ibadah kalian dengan ibadah mereka.”

Demikian pula halnya dengan kaum Wahabi, yang terkadang memakai nama keren “kaum Salafi”. Apabila diamati, sekte yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi (1115-1206 H/1703-1791 M), sebagai kepanjangan dari pemikiran dan ideologi Ibnu Taimiyah al-Harrani (661-728 H/1263-1328 M), akan didapati sekian banyak kerapuhan dalam sekian banyak aspek keagamaan.

A. Sejarah Hitam

Sekte Wahabi, seperti biasanya sekte-sekte yang menyimpang dari manhaj Islam Ahlusunah wal Jamaah memiliki lembaran-lembaran hitam dalam sejarah. Kerapuhan sejarah ini setidaknya dapat dilihat dengan memperhatikan sepak terjang Wahabi pada awal kemunculannya. Di mana agresi dan aneksasi (pencaplokan) terhadap kota-kota Islam seperti Mekah, Madinah, Thaif, Riyadh, Jeddah, dan lain-lain, yang dilakukan Wahabi bersama bala tentara Amir Muhammad bin Saud, mereka anggap sebagai jihad fi sabilillah seperti halnya para Sahabat t menaklukkan Persia dan Romawi atau Sultan Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel.

Selain menghalalkan darah kaum Muslimin yang tinggal di kota-kota Hijaz dan sekitarnya, kaum Wahabi juga menjarah harta benda mereka dan menganggapnya sebagai ghanîmah (hasil jarahan perang) yang posisinya sama dengan jarahan perang dari kaum kafir. Hal ini berangkat dari paradigma Wahabi yang mengkafirkan kaum Muslimin dan menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin Ahlusunah wal Jamaah pengikut mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali yang tinggal di kota-kota itu. Lembaran hitam sejarah ini telah diabadikan dalam kitab asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb; ‘Aqîdatuhus-Salafiyyah wa Da’watuhul-Ishlâhiyyah karya Ahmad bin Hajar Al-Buthami (bukan Al-Haitami dan Al-‘Asqalani)–ulama Wahabi kontemporer dari Qatar–, dan dipengantari oleh Abdul Aziz bin Baz.

B. Kerapuhan Ideologi

Dalam akidah Ahlusunah wal Jamaah, berdasarkan firman Allah, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia (Allah)” (QS asy-Syura [42]: 11), dan dalil ‘aqli yang definitif, di antara sifat wajib bagi Allah adalah mukhâlafah lil-hawâdits, yaitu Allah berbeda dengan segala sesuatu yang baru (alam). Karenanya, Allah itu ada tanpa tempat dan tanpa arah. Dan Allah itu tidak duduk, tidak bersemayam di ‘Arasy, tidak memiliki organ tubuh dan sifat seperti manusia. Dan menurut ijmak ulama salaf Ahlusunah wal Jamaah, sebagaimana dikemukakan oleh al-Imam Abu Ja’far ath-Thahawi (227-321 H/767-933 M), dalam al-‘Aqîdah ath-Thahâwiyyah, orang yang menyifati Allah dengan sifat dan ciri khas manusia (seperti sifat duduk, bersemayam, bertempat, berarah, dan memiliki organ tubuh), adalah kafir. Hal ini berangkat dari sifat wajib Allah, mukhâlafah lil-hawâdits.

Sementara Wahabi mengalami kerapuhan fatal dalam hal ideologi. Mereka terjerumus dalam faham tajsîm (menganggap Allah memiliki anggota tubuh dan sifat seperti manusia) dan tasybîh (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Padahal menurut al-Imam asy-Syafi’i (150-204 H/767-819 M) seperti diriwayatkan olah as-Suyuthi (849-910 H/1445-1505 M) dalam al-Asybâh wan-Nazhâ’ir, orang yang berfaham tajsîm, adalah kafir. Karena berarti penolakan dan pengingkaran terhadap firman Allah, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia (Allah).” (QS asy-Syura [42]: 11)

C. Kerapuhan Tradisi

Di antara ciri khas Ahlusunah wal Jamaah adalah mencintai, menghormati, dan mengagungkan Rasulullah r, para Sahabat t, ulama salaf yang saleh, dan generasi penerus mereka yang saleh seperti para habaib dan kiai yang diekspresikan dalam bentuk tradisi semisal tawasul, tabarruk, perayaan maulid, haul, dan lain-lain.

Sementara kaum Wahabi mengalami kerapuhan tradisi dalam beragama, dengan tidak mengagungkan Nabi r, yang diekspresikan dalam pengafiran tawasul dengan para nabi dan para wali. Padahal tawasul ini, sebagaimana terdapat dalam Hadis-Hadis sahih dan data-data kesejarahan yang mutawâtir, telah dilakukan oleh Nabi Adam u, para Sahabat t, dan ulama salaf yang saleh. Sehingga dengan pandangannya ini, Wahabi berarti telah mengafirkan Nabi Adam u, para Sahabat t, ahli Hadis, dan ulama salaf yang saleh yang menganjurkan tawasul.

Bahkan lebih jauh lagi, Nashiruddin al-Albani–ulama Wahabi kontemporer–sejak lama telah menyerukan pembongkaran al-qubbah al-khadhrâ’ (kubah hijau yang menaungi makam Rasulullah r) dan menyerukan pengeluaran jasad Nabi r dari dalam Masjid Nabawi, karena dianggapnya sebagai sumber kesyirikan. Al-Albani juga telah mengeluarkan fatwa yang mengafirkan al-Imam al-Bukhari, karena telah melakukan takwil dalam ash-Shahih-nya.

Demikian sekelumit dari ratusan kerapuhan ideologis Wahabi. Dari sini, kita perlu berhati-hati dengan karya-karya kaum Wahabi, sekte radikal yang lahir di Najd. Dalam Hadis riwayat al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain, Nabi r bersabda, “Di Najd, akan muncul generasi pengikut Setan”. Menurut para ulama, maksud generasi pengikut Setan dalam Hadis ini adalah kaum Wahabi. Wallâhul-hâdî. [BS]


*) penulis adalah alumnus Pondok Pesantren Sidogiri, tinggal di Jember